Selasa, 13 Oktober 2020

Benteng Keraton Buton

    Benteng Keraton Buton dibangun pada masa kesultanan La Buke (Sultan VI).  Benteng ini terletak di atas bukit, terbuat  dari batu karang  yang dicampur dengan kapur sebagai bahan perekat. Benteng ini panjangnya 2.740 meter dengan tebal 1-2 meter dengan ketinggian antara 2-8 meter. Bentuk benteng tidak seperti benteng pada umumnya, akan tetapi mengikuti bentang lahan sehingga bentuknya menyerupai huruf “Dal” dalam aksara Arab. Pandangan masyarakat setempat mengenai Keraton Buton selalu dikaitkan atau dihubungkan dengan unsur Islam. Hal ini dipengaruhi oleh aliran tasawuf yang masuk ke Buton pada abad ke-17 dan mencapai puncaknya pada abad ke-19.

    Pada masa Kesultanan Buton kawasan Benteng Keraton Buton merupakan ibukota kerajaan. Setelah  Indonesia  merdeka  hanya  fungsi  kekuasaanya  yang  hilang,  fungsi sebagai permukiman tradisional dan tradisi yang berlangsung di era kesultanan masih bertahan. Kawasan ini kemudian menjadi reperesentasi sejarah dan peradaban Buton. Peninggalan  zaman  kesultanan  masih  bisa  ditemukan  pada  kawasan  permukiman tersebut, termasuk ruang publiknya. Benteng Keraton sebagai Ruang publik Yaroana Masigi merupakan salah satu peninggalan penting tersebut, tidak hanya karena obyek bersejarah di dalam area Yaroana Masigi tapi juga karena keberadaannya saat ini mewakili sejarah Buton. Penggunaannya yang mewadahi berbagai aktivitas budaya dimasa lampau hingga saat ini menjadikan ruang publik ini perlu untuk dilestarikan.

    Kini peninggalan Kesultanan masih tampak megah seperti benteng Keraton dan tempat kuburan raja-raja atau Sultan berikut Sarana Hukumu dan kelembagaan mesjid agung Keraton. Terhadap bukti-bukti teknologi dari peradaban Buton antara lain meriam-meriam dengan berbagai ukuran jangkar maupun arsitektur bangunannya. Sebagai pusat Kerajaan/Kesultanan Buton agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik dibangunlah sebuah benteng yang terbuat dari batu yang dikerjakan oleh rakyat secara gotong royong. Benteng itu dikenal dengan nama Benteng " Keraton" yang mempunyai 12 lawa sebagaimana yang tidak tampak sekarang adalah lawana kampebuni (pintu gerbang) dan 16 Baluara (Kubu pertahanan). Setiap Lawa dan Baluara diberi nama sendiri-sendiri dengan ditempatkan meriam-meriam pengawal. 

Nama-nama Lawa tersebut adalah : 

1. Lawana Anto

2. Lawana Rakia

3. Lawana gundu-gundu

4. Lawana LantongauSambali

5. Lawana Melai

6. Lawana TanailanduBurukene

7. Lawana Wajo/Baria

8. Lawana Kalau

9. Lawana Katapi/uwedethe

10. Lawana Waborobo, 

11. Lawana Baluwu

12. Lawana Wandailolo/Labunta

Nanti blog berikutnya widya bakal ngenalin kalian lebih jauh mengenai Lawa. Thank you.




1 komentar:

  1. Rahajeng rahina Galungan 14 April 2021 lan Kuningan 24 April 2021... dumogi Ida Sang Hyang Widhi Wasa micayang kerahayuan...!!

    BalasHapus

Benteng Keraton Buton      Benteng Keraton Buton dibangun pada masa kesultanan La Buke (Sultan VI).  Benteng ini terletak di atas bukit,...