Benteng Keraton Buton
Benteng Keraton Buton dibangun pada
masa kesultanan La Buke (Sultan VI). Benteng ini terletak di atas bukit,
terbuat dari batu karang yang dicampur dengan kapur sebagai bahan
perekat. Benteng ini panjangnya 2.740 meter dengan tebal 1-2 meter dengan
ketinggian antara 2-8 meter. Bentuk benteng tidak seperti benteng pada umumnya,
akan tetapi mengikuti bentang lahan sehingga bentuknya menyerupai huruf “Dal”
dalam aksara Arab. Pandangan masyarakat setempat mengenai Keraton Buton selalu
dikaitkan atau dihubungkan dengan unsur Islam. Hal ini dipengaruhi oleh aliran
tasawuf yang masuk ke Buton pada abad ke-17 dan mencapai puncaknya pada abad
ke-19.
Pada masa Kesultanan Buton kawasan
Benteng Keraton Buton merupakan ibukota kerajaan. Setelah Indonesia
merdeka hanya fungsi kekuasaanya yang
hilang, fungsi sebagai permukiman tradisional dan tradisi yang
berlangsung di era kesultanan masih bertahan. Kawasan ini kemudian menjadi
reperesentasi sejarah dan peradaban Buton. Peninggalan zaman
kesultanan masih bisa ditemukan pada
kawasan permukiman tersebut, termasuk ruang publiknya. Benteng
Keraton sebagai Ruang publik Yaroana Masigi merupakan salah satu peninggalan
penting tersebut, tidak hanya karena obyek bersejarah di dalam area Yaroana
Masigi tapi juga karena keberadaannya saat ini mewakili sejarah Buton.
Penggunaannya yang mewadahi berbagai aktivitas budaya dimasa lampau hingga saat
ini menjadikan ruang publik ini perlu untuk dilestarikan.
Kini peninggalan Kesultanan masih tampak
megah seperti benteng Keraton dan tempat kuburan raja-raja atau Sultan berikut
Sarana Hukumu dan kelembagaan mesjid agung Keraton. Terhadap bukti-bukti teknologi
dari peradaban Buton antara lain meriam-meriam dengan berbagai ukuran jangkar
maupun arsitektur bangunannya. Sebagai pusat Kerajaan/Kesultanan Buton agar
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik dibangunlah sebuah benteng
yang terbuat dari batu yang dikerjakan oleh rakyat secara gotong royong.
Benteng itu dikenal dengan nama Benteng " Keraton" yang mempunyai 12
lawa sebagaimana yang tidak tampak sekarang adalah lawana kampebuni (pintu
gerbang) dan 16 Baluara (Kubu pertahanan). Setiap Lawa dan Baluara diberi nama
sendiri-sendiri dengan ditempatkan meriam-meriam pengawal.
Nama-nama Lawa tersebut adalah :
1. Lawana Anto
2. Lawana Rakia
3. Lawana gundu-gundu
4. Lawana LantongauSambali
5. Lawana Melai
6. Lawana TanailanduBurukene
7. Lawana Wajo/Baria
8. Lawana Kalau
9. Lawana Katapi/uwedethe
10. Lawana Waborobo,
11. Lawana Baluwu
12. Lawana Wandailolo/Labunta
Nanti blog berikutnya widya bakal ngenalin kalian lebih jauh mengenai Lawa. Thank you.